DANGKAL: Berdansa Di Atas Kebanalan yang Mentah

Sedikit perkenalan di awal seperti lumrahnya sebuah press release dari sebuah band atau unit musik. The Skit adalah sebuah unit punk rock atau rock atau terserah lah kalian menyebutnya apa, yang embrionya lahir dalam lingkungan sebuah kampus seni gersang yang bercokol di sisi utara kota Surakarta. Terdiri dari lima pejantan absurd, ngeyel, dan kepala batu yaitu Dhuta (Vokal), Hasbi (Gitar), Tezza (Gitar), Ganang (Bass), & Diptya (Drum).

The Skit selain menjadi sebuah band juga menjadi sebuah melting pot pemikiran-pemikiran aneh dari setiap anggotanya. Hal ini tertuang dalam EP yang akan mereka rilis, bertajuk “Dangkal”. Secara keseluruhan EP ini menjadi upaya band ini untuk berpesta, berdansa dan merayakan hal-hal sepele yang terjadi di sekeliling mereka. Bagaimana mereka merespon perihal kesialan, kebodohan, keabstrakan dan upaya-upaya yang kandas di tengah jalan dengan respon yang banal dan mentah.

EP “Dangkal” adalah sebuah manifestasi yang dangkal, tidak muluk-muluk, cenderung spontan dan bodoh dari setiap peristiwa yang terjadi. Adalah sebuah anugerah yang naluriah untuk merespon sesuatu tanpa berpikir panjang, karena banyak hal yang akan dan hanya akan selesai dengan kalimat “ya sudahlah…” tanpa perlu dicari alasan-alasan filosofis tai kucing!

Dalam EP ini, ada empat nomor lagu yang menjadi kuncian di dalamnya. Dengan musik yang terdengar mentah dan vokal ngehe dari Dhuta benar-benar memberikan representasi dari kedangkalan itu sendiri. Tak lebih dan tak kurang, musik yang mereka bawa adalah rangkuman dari berbagai rujukan seperti Bad Nerves, The Undertones, The Prize dan tentu saja Ramones. Mereka berhasil meracik bermacam elemen menjadi sebua suara banal yang nakal.

Tak Lagi Terjebak:
Dalam lagu ini The Skit mencoba mengupas sudut pandang seorang junkie akan ketakutan-ketakutannya menghadapi dunia nyata dan hari-hari panjang melelahkan dalam narasi yang sederhana dan universal.

Selamat Berduka Cita:
Ini adalah track yang menyuarakan sebuah refleksi yg diutarakan dari The Skit, betapa naifnya kita dalam berpikir dan berangan angan yang seringkali tak masuk akal dan hanya berakhir sebagai racauan mimpi siang bolong yang penuh bualan.

Bab III (REVISI):
Sebuah lagu yang menjadi selebrasi mahasiswa semester dua digit pada pencapaian-pencapaian semu yang membuka ke kehidupan yang mengharuskan menjadi pribadi yang dewasa dan bijak, tapi mereka ogah menjadi dewasa dan membosankan. Toh kebijaksanaan sejati adalah kedangkalan yang naluriah dan penuh insting liar, nggak setuju? Ya bodo amat!

🍒 :
Sejatinya seorang laki-laki adalah sebuah entitas yang mendamba cinta dan hasrat untuk menjalani hidup penuh romantisme menye-menye meskipun tampilan luar terlihat sok gagah dengan kesan maskulin. Sebagai sebuah akibat, patah hati seperti sinetron picisan adalah sebuah niscaya.

Dan pada akhirnya, beginilah sebuah press release dari The Skit, semoga dapat diterima, direspon, disebarluaskan dan dipahami sebagaimana mestinya, tapi nggak usah dipikir terlalu dalam atau dicari sisi filosofisnya toh semua hanyalah kedangkalan yang niscaya dan begitulah seharusnya sebuah kehidupan yang singkat dan absurd ini.

Salam hangat,
The Skit

Teks by Anggit Kumara